Siang itu
udara cukup panas membuat peluh ku menetes lebih deras dari biasanya, sudah 1
jam aku menunggu teman-teman ku untuk reunian ke SD tetapi belum terlihat
satupun batang hidung mereka.
‘dasar
anak kebo, janjian jam 11 jam 12.05
belom dateng, tau gini gue makan dulu tadi’ kesal ku dalam hati. Tak lama
Intan, Risda, Lisa, dan Zahra datang secara bersamaan.
“eh
udah lama Dhin?” Tanya Zahra.
“gak kok, gak lama Ra, tapi lammmmma
bangettttttt” sahut ku dengan tangan menggenggam, rasanya ingin sekali mereka
ku cubit, geregetan banget.
Tidak lama
setelah anak cewe nya datang, disusul anak cowo lainnya, aku dan teman-teman ku
lalu masuk ke dalam SD untuk bertemu guru-guru. Ya begitulah kiranya anak yang
baru keluar dari SD rajin mengunjungi sekolah lamanya, tapi paling kebiasaan
ini hanya berlangsung 2-3 bulan saja. Selanjutnya paling ke SD kalau mau
ulangan, males juga kan kalau harus ke SD setiap minggu.
Di lapangan
belakang kami ngobrol-ngobrol tentang SMP kami masing-masing, pengalaman, dan
tidak lupa cerita tentang cowo baru yang baru mereka temui di SMP.
“asik
Dhinda” celetus Lisa.
“apa deh,
jangan bahas itu dulu, baru masuk sebulan, udah bahas cowo aja”
Aku menjawab begitu supaya tidak
diintrogasi tentang cowo yang sedang aku suka, padahal sebenarnya aku sedang
menyukai salah satu teman sekelasku, tapi yasudahlah mereka tidak perlu tahu
tentang itu semua.
“kalo Intan
gimana?” aku bertanya kepada salah satu teman ku yang notabane nya adalah cewe
paling cantik di SD ku dulu.
“hhhmmm
gimana ya?” Intan mengulur-ulur waktu untuk menjawab pertanyaan ku.
“HAH!!
Mantan lo udah 3, gila lo Tan!” tiba-tiba Zahra menyambung percakapan ku dengan
Intan.
“heh, kebiasaan deh, belum juga
dijawab” sahutku sambil menarik rambutnya.
“jalan-jalan
yuk!” Risda memotong membicaraan kami.
“ayo-ayo
kemana?”
“keliling-keliling
Jakarta aja naik busway, gimana?”
“pinter!
Ide bagus, eh gimana kalau hari sabtu aja, gw free nih, dan gue yakin kalian juga free kan” sahut ku.
“nah,
iya-iya bener, yaudah ajakin tuh anak cowo nya, kali aja ada yang ikut, kan
lumayan rame.” Usul Lisa.
Ketika
semua sudah dimintai persetujuan akhirnya terkumpulah 10 orang yaitu aku, Lisa,
Zahra, Risda, Intan, Iqbal, Higa, Nada, Wibi, dan Reza. Aku dan teman-teman
sudah sepakat bahwa kita akan janjian di SD pukul 08.00.
“POKOKNYA
GUE GAK MAU KALO SAMPE LO SEMUA NGARETTT LAGI!! TITIK!” aku berteriak agar
intruksi ku ini didengar oleh semuanya.
“iya bawel” jawab Wibi kepadaku.
***
Semua
kumpul tepat pukul 08.00 hanya saja kurang satu orang nih yang belum datang.
Yang satu ini emang susah banget untuk tepat waktu, meskipun Intan Cantik,
Tinggi Semampai gitu, kalau urusan tidur dia nomor satu.
“nah tuh
dia tuh anak kebo baru dateng, ah elo
tan dandan dulu ya” ledek Nada kepada Intan.
“ihhh,
enggak! Tadi pagi itu gue makan Roti sandwich isi daging + saus mangga, nah pas
gue mau berangkat tiba-tiba ada panggilan alam gitu Nad, yaudah daripada gue
bocor di Busway kan gak lucu” Intan menjawab dengan muka polos.
“yaudah-yaudah,
udah kumpul semua kan, yukk capcuss!”
Risda memberhentikan perdebatan Nada dan Intan lalu mengajak kami semua berangkat.
Di halte
busway PGC Risda tampak memperhatikan peta, dia sedang melihat-lihat jalur yang
akan menjadi tujuan jalan-jalan kali ini.
“yuk naik” Risda memanggil aku dan
teman-teman.
Busway
berjalan dengan santai, saat mereka semua berdiri hanya aku dan Lisa yang
duduk, sebab kami bukan duduk di kursi melainkan di depan dekat pintu, duduk
disitu aku mendapatkan sensasi seperti menyetir busway, seru sekali.
“HIGA, REZA!!!!”
Tiba-tiba
aku mendengar Wibi berteriak kencang memanggil nama Higa dan Reza, Ya Tuhan,
aku lupa tadi Higa bilang dia minta izin untuk beli Roti bersama Reza.
“eh gimana Higa sama Reza
ketinggalan woy”
Aku panik
dan tidak tau apa yang harus aku lakukan, karena tidak mungkin aku
memberhentikan busway ini di pinggir jalan dan balik ke halte yang tadi.
“yaudah
gini aja, lo telphone si Reza, bilangin dia naik aja busway kearah Harmoni,
kita tunggu disana”
Risda
menyuruh Nada menelphone Reza. Dan teryata handphone Reza tidak aktif, saat
menelphone Higa baru saja Nada bilang ‘assalamuallaikum’ seketika telephone itu
berbunyi ‘tut-tut-tuuuuuuuut’ naas pulsa Nada tidak mencukupi untuk melakukan
panggilan.
“sial! Hape dua-duanya mati! Giman nih
Da?” sekarang Nada lah yang terlihat lebih panik dariku.
“eh Higa
nelphone gue”
Aku secepat
mungkin mengangkat telephone dari Higa itu, saat ku bilang kita akan ke Kotu
Higa langsung memberikan saran bahwa nanti Higa dan Reza akan bertemu dengan
aku dan teman-teman disana.
***
Sersampainya
di Kotu aku dan teman-teman sama sekali tidak melihat Higa dan Reza, akhirnya
aku memutuskan untuk menunggu mereka sambil main sepeda dan berfoto-foto, satu
jam, dua jam, tiga jam aku menunggu Higa, ‘lelah juga nih ya mana seharian
belum makan, ah aku lapar’ gerutu ku dalam hati.
“Higa nyangkut dimana sih? Kenapa belum sampe coba,
udah siang gini” Zahra mengeluh karena di Kotu itu kalau siang memang
benar-benar panas.
“yaudah yuk
kita ke tepat selanjutnya aja, Dhin lu telephone Higa bilang kita on the way Ancol” Risda menyuruhku
menelphone Higa lagi.
Terlihat Iqbal dan Wibi diam, tetapi
diwajah mereka tergambar 1001 kekesalan entah kepada siapa dan tiba-tiba…
“Da!
Gara-gara lo, kita semua jadi kepencar gini, coba lo gak egois ini semua gak
akan terjadi Daaaa!!!”
Iqbal
memukul pahanya dan langsung berdiri sambil memarahi Risda.
“loh kok lo
nyalahin gue sih Bal? gue mana tau kalo Higa sama Reza lagi beli roti, kalian
juga! Kenapa gak bilang sama gue???”
Sekarang
giliran Risda gantian memarahi aku, Lisa, Intan, dan Zahra.
“Da, kok lu
jadi mojokin kita gini, kata Iqbal bener kali, lo itu egois! Lo tadi langsung
ngajak kita yang gak tau mau kemana, lo gak berunding dulu kan sama kita” Zahra
melawan perkataan Risda tadi.
“tau lo Da, jangan nyalahin orang, Introspeksi
diri sendiri dulu!”
Wibi
membantu Zahra dalam menyalahkan Risda. Aku dan Intan yang sedari tadi diam
tiba-tiba berfikir keras bagaimana caranya untuk menghentikan mereka yang saling
menyalahkan. Intan membisikan ditelingaku tentang ide gila sekaligus konyol
miliknya, dan seketika Intan Terjatuh.
Brukkkkkkk….
“Intannnnnnnnnn!!!!!!!”
Risda berteriak.
“Intan lo
kenapa Tan? Intan bangun Tan!”
Risda
menggoyang-goyangkan badan Intan, namun tak ada jawaban. Sejurus kemudian aku
pasang wajahku sesedih dan semelas mungkin.
“Tuh kan!
Udah gue bilang daritadi Tan, ayo kita makan, gue tau lo kelaperan makannya
sampe pingsan gini. huu huu huu” aku pura-pura nangis, melihatku menangis intan
membuka sebelah matanya dan berkedip kepadaku.
‘yes
bnerhasil hahahahaha, kena kan lo semua sama acting gue dan Intan, maafin gue
temen-temen soalnya gue gak mau kalian ribut terus’ dalam hati aku tertawa
puas.
Intan tersadar bagai orang amnesia
“gue dimana Dhin?”
“masih di
Kotu Tan” aku menjawab pertanyaan Intan masih dengan mimik muka melas.
“jadi dari tadi
gue belum dibawa ke Solaria Dhin?” pernyataan Intan membuat kami semua ketawa.
“oh jadi lo
itu pingsan gara-gara laper berat Tan, yaudah ayo-ayo kita makan!”
Ajak
iqbal sambil membantu mengangkat Intan untuk berdiri. Sambil ditopang oleh ku
dan Iqbal serta ketujuh temanku segera menuju tempat yang Intan mau,
SO-LA-RI-A. ini tempat favorite Intan dan aku ketika kami makan bersama. Intan
memesan makanan paling banyak, mulai dari Chicken Gordon Bleu, I fu Mie, dan
Kwetiaw goreng seafood, tak lupa dengan minuman favorite nya Es teh manis tanpa gula, ‘kalo
dipikir-pikir manis tapi tanpa gula, apa jadinya itu’.
“gila lu
tan makan apa ngerampok, itu yakin muat?” Tanya Wibi bingung.
“tenang aja
Bi, kalo gak muat kan ada dia nih” Intan menjawab dengan santai kearah Nada, Nada
tersenyum malu-malu beruang saat ditunjuk oleh Intan.
***
Sekarang
perut Intan udah kenyang, perjalanan dimulai kembali. Tujuan selanjutnya adalah
Ancol, nah kalau soal pantai udah pasti yang seneng si Lisa, dia ini teman ku
yang paling aneh, entah kenapa suka histeris gitu kalau lihat air, apa karena
dia ini adalah sosok Putri Duyung atau titisan dari Nyi Roro Kidul yang hilang
karena tersapu ombak? Entahlah.
“temen-temennnnnnnnnnn”
Zahra berteriak seperti ada orang yang tenggelam.
“apa,
kenapa Ra, Intan pingsan lagi?” aku bertanya-tanya.
“bukan,
tapi itu… itu… itukan Reza, nah Higa yang ada disampingnya! Iyakan!” Zahra menunjuk
kearah tukang es kelapa.
“iya tuh,
itu Reza sama Higa, ayo samperin-samperin!” Nada membenarkan perkataan Zahra.
Nada bersemangat 45, entah apa yang
ada dipikirannya, ingin cepat-cepat bertemu Higa atau ingin meminta es kelapa
yang sedang diminum Higa dan Reza.
“eeeehh
minum es kelapa gak ngajak-ngajak ya” Nada langsung saja duduk dan meyeruput es
kelapa Reza tanpa basa-basi dulu.
“eh
harusnya gue Tanya ke elo Nad, lu ko pada tega sih ninggalin gue sama Reza,
udah kaya orang ilang gue sama Reza lontang-lantung dijalan gak mau kemana,
beruntung gua gak duduk di emperan toko terus tangan gue naik gini, udah mirip
banget pengemis gue”
Higa
bercerita dengan wajah sewot sambil menirukan gaya pengemis jalanan.
“udah
kemana aja lo pada?” Reza tiba-tiba kepo.
“jalan-jalan
dong kita, ke Afrika terbang bersama big cola terus ketemu jerapah gedeeeeee
banget” Intan menjawab ala iklan kesukaannya.
“nah lo
sendiri udah kemana aja Za?” tanyaku kepo
juga.
“boro-boro
dhin, nih dia nih dari tadi bilang ‘zaa
gimana dong za, tar kalo kita ilang gimana, diculik terus dibuang, ish sumpah
mereka tega banget’ yaudah akhirnya gue ke Gramedia aja baca-baca, daripada
lontang-lantung gak jelas kan Dhin, terus pas lo sms Higa, kita langsung kesini”
Reza menceritakan kejadian tadi kepadaku, aku mendengar cerita Reza sambil
tertawa cekikikan.
Hari
menunjukan pukul 04.00 Wibi sudah merengek meminta pulang karena ia harus
latihan Silat nanti sore, akhirnya aku dan ke Sembilan teman ku memutuskan untuk
pulang sekarang agar sampai dirumah tidak terlalu sore. Sepanjang jalan teman-teman
ku saling menggoda Higa dan Reza yang ketinggalan di halte, mereka terus
meledek dan saling berbalas, sehingga menimbulkan canda tawa dan keributan di
dalam Busway. Sungguh kejadian yang jauh dari dugaan. Aku tidak akan melupakan
hal ini, sungguh konyol dan seru
sekali hari ini.HAHAHAH
the end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar