surat kecil untuk para pejabat Negeri

Label: ,



Assalamu'alaikum Wr. Wb

Mohon dibaca dan bantu sebar ya...
Ini murni dari teman-teman kelas saya
   Suara Kami, Suara Anak Negeri
Sebagai pelajar, pada umumnya kita hanya menjalankan apa yang telah menjadi sistem di negri ini. Seolah tak mampu berucap, peserta didik tetaplah peserta didik. Di tengah segala kesemrautan negri ini, kami merasa kami memiliki andil yang cukup besar dalam membesarkan bangsa ini. Teringat dengan ucapan sang proklamator, kami sadar, kami lah pemuda itu. Tanpa disadari, beberapa tahun yang akan datang nasib Indonesia ada di tangan kami. 
Sebagai awal dari perjuangan kami, kami ingin menyuarakan apa yang selama ini terpendam. 
Sebuah ketidak puasan yang begitu mendalam.
Kami sadar, sepak terjang kami dalam kehidupan tak sebanding dengan para pejabat yang kini tengah duduk di singgah sana nya. Namun, inilah hati kami. Inilah yang selama ini kami simpan rapat dalam dada. Inilah suara kami sebagai seorang pelajar di Ibu Kota tercinta.


Oh Bapak-Bapak Negaraku yang terhormat. Kiranya berilah kami, para pemuda sedikit ruang tuk meluapkan kegelisahan kami. Tak cukup dewasa memanglah bagi kami, namun apalah daya inilah adanya. Kiranya dengarkanlah wahai Bapak. Suara kami tidaklah besar, suara kami tidaklah menggema, namun ini sunggulah berarti bagi kami.
Tengoklah sedikit engkau kepada kami.
Alingkan wajahmu sedikit kepada kami.
Singa sang raja hutanmu mau mendengarkan rakyatnya walaupun ia hanyalah seekor burung kecil.
Tidakkah kau pula ingin mendengar kami?
Bukankah kami tonggak di negara ini?
Bukankah kami yg kan mengibarkan Sang Merah Putih di seluruh jagat raya?
Tak mengapa oh wahai Bapak-Bapak Negara kami.
Jika hanya kau luangkan waktu sedetik bagi kami tuk berbicara.
Waktu yang tak lama itu pun sungguh teramat berarti bagi kami.
Kami para pemuda, bukan hanya seorang bocah yang kau kenal yang tiada mengerti hal lain.

Jika kalian bertanya pada kami, "mana para pemuda indonesia? Dimana kiprah mereka untuk bangsa saat ini?" Coba lah tengok ke dalam diri bapak sekalian.
Adakah kesempatan yg kalian berikan kepada kami?
Bahkan sepucuk surat dari salah satu kawan kami mengenai ujian pun hanya digubris percuma. Tak dipercaya, dan hanya terbaca sia2.
Berilah ruang sedikit, untuk kami menyampaikan apa yg slama ini terpendam.
Kami paham, pengalaman yg kalian miliki memang tak akan pernah sebanding dengan apa yg kami miliki.
Tapi mohon, kami memang tak pernah berfikir ke belakang. Karena kami menawarkan masa depan.
Dengan ini, kami hanya ingin menyampaikan beberapa pendapat kami mengenai pendidikan di masa ini.

1.  Kebijakan yg tak sesuai keadaan siswa Indonesia

Kami tidak pernah keberatan jika kami dipaksa dan ditempa untuk bergerak lebih maju. Tapi adakah terbesit dalam fikiran bapak sekalian? Semua kebijakan yg dilontarkan oleh pihak pemerintah seolah-olah tak pernah berasal dari hati nurani kami. Semua seperti sudah diambil alih sendiri.
Lalu apa yg slama ini kami pelajari di buku2 sekolah kami? Dusta kah? Ajari kami pak. Pengalaman kami, tak sehebat dan tak seluas bapak sekalian.

2. Nasionalisme

Perihal kebijakan berbusana. Maaf sebelumnya. Kami tidak berniat sedikit pun untuk mengusik keyakinan umat lain di indonesia. Kami hanya mempertanyakan tentang toleransi yg selama ini diajarkan di sekolah2.
Pakaian adat di hari jum'at.
Tidak kah ada hari lain untuk mengenakan pakaian itu? Mengapa harus di hari jumat?
Dalam agama islam hari jumat adalah hari yg begitu berkah.
Mengapa harus di hari jumat kami mengganti pakaian kami?
Tidak kah cukup hari2 lain untuk menjadi sasaran kebijakan kalian?
Dimana toleransi beragama yg diajarkan dalam berbangsa dan bernegara di bumi kita tercinta ini?

Lihatlah Bapak, pelajar-pelajarmu di luar sana.
Pendidikan di negeri ini belumlah merata.
Banyak dari kami yang masih menderita.
Bapak katakan yang utama membuat rakyat sejahtera
Bagaimanakah kenyataannya?

Wahai Bapak, kami adalah para siswa.
Bukan sebuah kelinci tuk dicoba.
Kami butuhkan karakter budaya bangsa.
Bukan karakter yang terjajah.
Tidak cukupkah kau untaikan janji belaka?
Sementara tak jarang ada bukti yang nyata.

Bapak katakan kamilah penerus generasi bangsa.
Generasi bangsa yang beragama.
Tapi dimanakah toleransi berada?
Bukankah negara ini menganut Demokrasi Pancasila?
Tapi dimana jugakah kebebasan berada?

Sistem pendidikan kau ubah tak mengapa.
Telah kami ikuti semua.
Peraturan yang Bapak buat telah kami terima.
Berusaha tuk berlapang dada.
Namun saat kejanggalan yang ada.
Itulah saatnya kami bersuara.


Salam dari kami.
Salam Anak Indonesia.


A Voice From : Siswa-siswi SMA (Lulusan SMPN 179'14. IX-8 2013/2014)

Sumber: Suara Kami, Suara Anak Negeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
blog jendela dunia © 2012 | Designed by Meingames and Bubble shooter