ADHINDA THASYA BILLA

Bersedih dengan orang yg tepat lebih baik daripada berbahagia dengan orang yg salah. Bijaklah dlm memilih sahabat

ADHINDA THASYA BILLA

Jika kamu cinta dia, biarkan dia menjadi dirinya sendiri, maka kamu tak akan kecewa ketika mereka tak seperti yang kamu inginkan.

ADHINDA THASYA BILLA

Segera laksanakan rencana keberhasilan mu di hari ini, jangan tunda lagi, jangan buang waktu, karena waktu tak bisa menunggu.

ADHINDA THASYA BILLA

Apa yang mudah untuk didapatkan, akan mudah untuk disesalkan. Apa yg butuh perjuangan utk didapatkan, akan sulit untuk dilupakan.

ADHINDA THASYA BILLA

Ketika dalam sebuah persimpangan, anda diharuskan memutus sebuah langkah. Pastikan langkah yang diambil adalah demi kebahagiaannya, meskipun rasa sakit yang akan kita terima

Mengapa Saya Menulis?

0 komentar


Halooo!! Assalamuallaikum semua, ketemu lagi sama aku hehe aneh ya pake nya aku-kamu. Percaya atau nggak postingan terakhir di blog ini ditulis tahun 2016. Saat itu aku masih di Jakarta dan gak tau apa itu Jogja. Dan kali ini, saat tulisan ini ditulis, orangnya ada di kota yang berbeda, kota dengan kultur yang tentunya sangat kontras, itulah sebabnya pakenya aku-kamu, hihiyyy berasa so sweet gitu ya...

Oke! Di tulisan kali ini, aku akan cerita gimana awal mulanya bisa seneng sama hobi yang lagi aku tekuni beberapa tahun terakhir ini. Cie elah gaya bener. Aku nggak bisa bilang mau serius di hobi ini, atau mungkin mau ditekunin nantinya, sejauh ini ngikutin aliran aja dan belum ada pikiran untuk lebih serius lagi menulis. Mungkin buat beberapa orang yang udah tau tentang hobi itu pasti bertanya tanya dong, Kenapa kok bisa seneng? Apa yang memotivasi? Gimana cara bagi waktu  nya? Dsb.

Kisah ini berawal saat sekolah dasar, waktu itu aku berteman dengan seseorang yang menyukai puisi. Dari dia juga motivasi itu muncul, suka menulis puisi, suka sastra, suka dongeng, suka cerita, semua karya-karya dalam bentuk tulisan lah pokoknya. Singkat cerita, aku berhasil menuliskan buku yang isinya kumpulan-kumpulan puisi, puisi nya nggak semua tentang cinta, banyak macam dan jenisnya. Aku masih ingat ukuran, warna bahkan sampai gambar cover nya, buku A5 berwarna ungu, gambar kelinci. Aku memberikan buku itu saat kita lulus dari sekolah dasar. Aku bilang sama orang itu “buku itu bukan aku kasih melainkan aku pinjami, jadi kamu harus balikin suatu saat nanti”. Akhirnya sepakat lah kita untuk mengembalikan buku itu saat umur kami sama-sama 17 tahun, itu artinya kelas 2 SMA.

Singkat cerita saat umur kami 16 tahun, aku menghubungi dia. Iya itu kali pertama kita komunikasi lagi setelah empat tahun berlalu, itu karena kita beda SMP dan SMA. Setelah aku tanya “apakah dia masih menyimpan buku yang perah aku kasih?” jawabannya “Buku yang mana? Aku lupa”. Sudah berkali kali pula aku berusaha mengingatkan kembali memori itu supaya setidaknya dia ingat pernah aku pinjami buku, tapi usahaku nihil. Sepertinya buku itu tidak benar-benar penting untuknya. Sejak saat itu aku kehilangan semangat menulis, karena itulah satu-satunya dokumen atau arsip yang ku punya. Maklum, saat itu belum ada laptop dan kepikiran untuk fotocopy.

Di hari itu pula, aku kehilangan percaya pada seseorang, semudah itu dia melupakannya, sampai-sampai aku sempat benci untuk bahkan mendengar atau melihat namanya. Tapi ya mau gimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Aku menganggapnya “kisah masa lalu yang tidak perlu disesali”. Tapi sejak kejadian itu pula aku jadi punya kebiasaan curhat, iya, curhat di buku, orang-orang mungkin menyebutnya diary. Apapun hal yang aku lewati sebisa mungkin kuceritakan, tapi konteksnya hanya pada hal yang menyenangkan dan menyedihkan saja. Kalau hari itu biasa saja yaa yasudah tidak akan ada kata yang terlahir.

Makin ditekuni ternyata makin asyik, dari cerita yang aku tulis di setiap lembar itu pula, ketika suatu saat aku membutuhkan motivasi, tinggal buka dan baca apa yang aku tulis. Terkadang tulisannya membuat aku menertawakan kejadian saat itu “kok bisa ya” “wah ternyata aku dulu pernah gini” dsb... kisah-kisah lampau yang sedih justru menguatkan, seperti pertama kalinya aku dibentak secara keras oleh bapak, menghilangkan dompet, didiemin ibu seminggu, di cengin teman di kelas, mendapat nilai terendah di kelas dan kisah sedih lainnya yang kalau di baca “waw, bee, lihat, kamu pernah ngalamin itu, tapi kamu berhasil kan ngelewatinnya, sekarang masa ada masalah gini doang kamu nyerah?” dan kemudian kembali bersemangat.

Memasuki dunia perkuliahan, aku jadi semakin berfikir akan bakat dan potensi dalam diri. Maklum masuk ke jurusan yang gak pengen-pengen banget dulu, dulu yaaaa. Jadi pikiran tentang “mau jadi apaan aku besok?” “mau kerja apa setelah lulus?” atau “kamu kan gak punya prestasi be” membuat kekhawatiran tersendiri. Hingga saat itu aku dipertemukan dengan salah satu adik tingkatnya teman kuliah yang memperkenalkan suatu komunitas menulis yang mana dari sanalah akhirnya bersama teman-teman project nulis bareng itu terciptalah sebuah buku, iya buku yang ber ISBN. Sesenang itu, dengan sedikit menurunkan ego untuk berpikir “kamu nggak perlu malu be atas apa yang kamu tulis, setiap tulisan punya jodoh pembaca nya masing-masing” berbekal izin orang tua, untuk pertama kalinya orang ini berani untuk mengirimkan karya nya, akhir nya muncul lah karya pertamaku berjudul “Lembutnya Perasaan Perempuan” (2018) buku antologi pertama ku yang membuat mimpi tampak nyata jika kita mau memulai.

Antusiasme dari teman-teman pun jadi penyemangat tersendiri, tanggapan yang baik dari teman-teman membuatku sadar kalau segala sesuatu yang terlalu di khawatirkan itu memang tidak baik, harus di realisasikan, harus dicoba. Karena kamu bakalan lebih kecewa gagal karena telat mencoba, daripada gagal karena sudah mencoba, beda rasanya. Sejak saat itu aku ketagihan menulis, bukan hanya respon yang baik dari pihak keluarga dan teman, tapi dari menulis itulah akhirnya aku tahu bagaimana rasanya punya uang dari hasil sendiri, iya, itu pertama kalinya se bahagia itu punya uang dari apa yang aku usahakan. Mungkin ini juga yang dirasakan dari temean-teman yang danusan di kampus, dan ketika kutanya “danusa apa?” “danusan buat sendiri” aku akui mereka keren! Walaupun uang itu kalah besar nominalnya dengan uang kiriman bulanan dari bapak, tapi cukup membuat merasakan kalau cari uang itu memang sulit, sekaligus memberikan kesimpulan bahwa pekerjaan terbaik berasal dari hobi yang dibayar.

Euforia punya buku baru dan uang sendiri tentu bukan hal yang harus dirayakan berlarut-larut, jutru itu jadi ujian ke tahap selanjutnya, masih konsisten menulis kah atau terlena dengan hasil di awal. Sampai akhirnya mengikuti lagi dan lagi kesempatan menulis buku hingga terbitlah karya-karya berikutnya dengan judul “Jangan Pernah Lelah Melangkah”(2018)  “Memaknai Perasaan”(2019) “Tidak Pernah Ada yang Sia-sia” dan “(2019). Jika diingat-ingat hanya syukur yang mungkin dapat aku katakan, tidak mungkin juga itu semua ada jika bukan atas seizinnya bukan?

Sejak saat itulah berbagai macam perlombaan menulis sering diikuti, mulai dari menulis cerpen, prosa, dan puisi. Walaupun belum sampai pada tahap menang, tetapi dengan berani mencoba aku yakin hal itu menjadi bekal untukku terus memperbaiki tulisan-tulisan selanjutnya. Tidak hanya berhenti disana. Aku juga bergabung dengan lingkar pertemanan yang lain yaitu “Nulis Yuk” pada beberapa bulan terakhir ini. Dengan bertemu teman baru tentunya akan berbeda rasanya, tambah semangat lagi untuk belajar bersama teman-teman semua. untuk waktu menulis, aku tidak pernah punya waktu khusus, kalau sempat ya nulis kalau nggak ya disempatain walau sebentar, intinya jangan sampai hobi malah jadi beban, tetapi selalu disempatkan. tapi ingat, jangan sampai makan waktu menulis laprak yaa hehehehe.

Semoga apa-apa yang aku tulis dapat menjadi suatu motivasi dan pelajarn untuk semua pembaca, terlepas untuk siapa secara khusus tulisan itu dibuat. Percayalah seorang penulis hanya ingin menyampaikan apa yang ada dikepalanya dalam bentuk sebuah kata untuk dibaca.

Oiya, kuberi tahu sesuatu. Menulis akan terasa lebih asyik lagi jika ada seorang yang memotivasi, maka carilah orang itu. temukanlah dalam dirinya alasan untuk bisa terus menjadi dirimu. Tidak mengubah sedikitpun kamu kecuali menjadi lebih baik...

Salam hangat, salam  menulis, dan salam literasi...
#nulisyuk #belajarmenulis #nulisyukbatch37

 
blog jendela dunia © 2012 | Designed by Meingames and Bubble shooter