Menurutku tidak ada hal terindah di Dunia ini
kecuali kuhabiskan waktu dengan ke dua sahabat ku, Nita, Nafi, dan aku sendiri
Nazla. ENTRI itu nama perkumpulan kami, mungkin karna nama kami semua dari N dan
TRI artinya tiga, jadi itulah nama yang paling tepat. Sahabat ku yang pertama
yaitu Nita Angela Zamara Ayucloena, cewek blasteran Belanda-Jawa berkacamata
dengan jidad lebarnya ini sangat suka meledek orang, tapi soal pelajaran, duh
jangan ditantang deh ini anak, pinterrrrrrr banget. Yang kedua yaitu Nafi
Bastianadriano dia ini sebenernya ganteng hanya saja kelakuan anehnya itu bikin
gantengnya ilang, jago gitar dan suka banget nulis, entah apa yang ia tulis
dibuku diary nya itu Nafi sama Nita seneng banget sama gunung dan pantai,
pokonnya yang berbau alam gitu deh, dan yang terakhir ya aku sendiri Nazlaila
fauzhia aku biasa dipanggil Lala atau ipin, aku itu sangat takut gelap dan
tempat serem, kata temen-temen aku itu dewasa banget, tapi aku ngerasa Nafi lah
yang paling dewasa, secara kita ini masih kelas dua SMA masih unyu lah, walaupun dikit.
***
“hayo ngapain?” ledek ku sambil memukul pundak
Nafi.
“Eh elo muncul kaya setan gitu tiba-tiba”
“kalo gak tiba-tiba gak seru fi, lagi baca apa
sih sampe gak focus gitu”
“kepo banget sih lo”
“kepo is care, care is love, love is you”
“Lalaaaaaaaaa, Nafiiiiiiiiiiiii” belum sempat
kulanjutkan Nita berteriak memanggil kami.
“lihat deh la, sekolah kita ngadain PERSAMI!!! di
gunung lagi tempat nya, wajib ikutttt nih” Nita bersemangat.
“Boleh juga ide lu nong” sahut Nafi dengan
kebiasaan memanggil Nita ‘jenong’
“Enggak!!! Gua gak akan ikut!” jawab ku tegas,
karna memang aku sangat penakut dengan hal perkemahan, apalagi tempatnya di
gunung.
“ya ampun La lu kebiasaan deh, disaat kita mau have fun lu malah unmood gitu” Nita berbicara kepadaku dengan mimik sinis.
“apanya yang have
fun? Itu tuh ide yang jelek se jelek jeleknya” tambah ku.
“yaudah lah La, dicoba dulu, dengan cara kebiasa
mengikuti hal kaya gini lo jadi makin berani kaya Superman, disana banyak cogan, gue jamin lo gak mau pulang La”
jawab Nafi menghasut ku.
“eh tuyul, apa hubungannya sama Superman sama
berani?” Nita bertanya kebingungan.
“berani lah, buktinya dia gak malu meski dia pake
celana dalem diluar, ya kan” sahut Nafi sepele sambil pergi meninggalkan kami
berdua.
“dasar anak idiot” ledek Nita.
***
Dikelas terlihat Nafi
asyik dengan buku diary nya, Nafi memang sering menulis apalagi dengan
keahliannya menyanyi juga bermain gitar, hal itu membuatnya digemari banyak
teman wanita meski dia agak abnormal.
“Assalamualaikum, tuk, tuk atuk” aku menyapanya dengan
gaya upil-ipil, eh upin-ipin deh.
“Walaikumsalam ipin” Nafi menjawab dengan tidak
menoleh sedikitpun kearah ku.
“serius bener yang lagi nulis”
secepat mobil ferari Nafi berbalik badan lalu
memegang pundak ku. “EH LA GUE MAU NANYA SAMA LO?”
“fi gila lo ya, bikin gue jantungan tau gak sih
lo, kenapa sih?” aku pukul lengannya.
“menurut lo gue ganteng gak?” dengan PD nya dia
bertanya gaya anak alay.
“stress lu ya, gue kira mau nanya serius. Gakkk!!!
jelek!!!”
“eh serius lu La, ganteng aja La, please! Ganteng
ya” dengan muka sedih dia terus memaksa.
“yeh, udah jelek maksa lagi lu”
“please La” Nafi terus memaksa seperti anak kecil
minta dibeliin permen.
“iya kamu ganteng sayang” secepat kilat
kutinggalkan Nafi dikelas agar tidak diintrogasi mengapa aku panggil dia
sayang.
Sebenarnya aku sudah lama pendam perasaan ini,
perasaan yang harusnya tidak terjadi, aku menyukainya aku menyukai Nafi, entah
apa yang membuat ku kagum padanya sehingga perasaan ini tumbuh, bukankah orang
bilang kalau sahabat itu tidak boleh saling menyukai, aku pun bingung
mendeskripsikan perasaanku kepada Nafi. Mungkin benar pepatah Jawa yang
mengatakan “tresno jalaran soko kulino”
cinta datang karna terbiasa. Emang
udah pasti banget kan kalau sahabat itu ya pasti deket banget, makan bareng,
ngerjain PR bareng, pulang bareng, ketawa bareng, sedih juga bareng, sampe
nyontek aja juga bareng, ya mungkin itu salah satu faktornya sih.
***
PERSAMI itu datang, aku benar-benar bingung harus
pake cara apa supaya aku bisa melarikan diri dari PERSAMI itu, tapi mau gimana
lagi nasi sudah menjadi bubur. Jalanin
aja deh, lagian ini semua aku lakukan demi sahabatku.
“Morninggg temen-temen” dengan muka sumringah
Nafi menyapa aku dan Nita.
“ada bulu keren banget ada apa lu ko keliatannya
seneng banget?” Nita menjawab dengan pantun andalan nya.
“iya nih abis kemaren Lala bilang gue ganteng”
Nafi menjawab dengan semangat.
“HAHAHAHAHA SERIUS LO LA? Muka kaya dia ganteng
terus jelek nya kaya apa?” Nita tertawa terbahak-bahak.
“eh fi” aku berusaha menahan Nafi agar tidak
menceritakan itu semua kepada Nita.
“udah Laaa, gausah ngelak lagi, gue emang ganteng
kan?” tambah Nafi membuat suasana hati ku menjadi kacau.
“What Ever And I Don’t Care!!!” aku langsung
pergi meninggalkan mereka.
***
Keadaan di gunung itu memang dingin, gelap, dan
seram. Entah apa yang mendorong ku untuk ngikutin kemauan dua sahabat ku itu,
padahal selama ini aku itu takut banget ke gunung. Berarti emang benar cinta itu bisa merubah segalanya khusus nya
rasa takut.
Melihat Nafi bermain gitar dekat api unggun
membuat ku tak dapat mengalihkan pandanganku darinya, sungguh aku sangat senang
melihat Nafi bermain gitar dan bernyanyi lagu kesukaanku Over Again – One Direction.
Mata hari terbit dari
puncak gunung, SubhanAllah indah banget, ternyata selama ini Nita sama Nafi
seneng ke gunung karena pemandangannya begitu indah, sugesti ku terhadap gunung
yang seram seketika hilang melihatnya, sungguh indah ciptaan Tuhan. Pemandangan
yang indah membuat kami bertiga memutuskan untuk balik ke tenda belakangan,
Nafi sibuk dengan kamera SLR baru miliknya sibuk photo-photo gak jelas,
sedangkan Nita tiba-tiba saja mendekatiku yang sedang asik menikmati udara
pagi.
“La, liat deh lucu banget tuh si Nafi photo-photo
gak jelas gitu, dasar anak alay” Nita meledek Nafi.
“biarin, mumpung masih ganteng, kalo udah jelek
juga dia gak akan kaya gitu Ta” aku membalas perkataan Nita tanpa sadar ku
sebutkan lagi bahwa Nafi itu ganteng.
“hahaha, eh iya nih, ngomongin soal ganteng, Nafi
ternyata ganteng juga ya, baru sadar gue, dia juga orangnya gak seburuk yang
gue kira. Aaaaaaaa Lalaaaaaa, kayanya gue suka deh sama Nafi” Nita bersemangat
menceritakan tentang perasaannya terhadap Nafi.
“lo ss….suka sama d..dia Ta?” dengan terbata-bata
sambil menahan air mata ini jatuh, ternyata Nita sahabatku suka dengan pria
yang sama dengan ku.
“iyaa, La salah gak sih gue suka sama sahabat
sendiri? Tapi kayanya sah-sah aja kan La?”
Aku hanya diam karena masih tidak menyangka
dengan semua pekataan Nita, selama ini Nita dan Nafi bagai anjing dan kucing,
sesalu kata-kataan dan gak pernah bisa diem, tapi dari kata-kataan itu ternyata
Nita menjadi suka dengan Nafi, sungguh tak bisa ku bayangkan.
“La jawab dong!”
“eh, iya Ta, nggak salah ko Ta, asal persahabatan
kita gak terpecah gara-gara cinta, lo boleh suka sama sahabat lo sendiri” aku
menjawab dengan suara pelan karena sesungguhnya air mata ini sudah tidak bisa
dibendung lagi, aku takut kalau Nita tau bahwa aku juga menyukai Nafi.
“ehh pada ngomongin apa sih? Serius ya? Boleh
jbjb gak?” Nafi datang dari belakang bagai jalangkung yang tidak diundang.
“ih kepengen banget lo fi, boleh ko, sini duduk”
seketika Nita berubah baik kepada Nafi.
“ada bulu keren banget, ada apa lo kok tumben
baik banget?” Nafi bingung.
“aduhhhhhh…….. tiba-tiba gue sakit perut gini,
kalian lanjutin aja ya ngobrolnya gue mau ke kamar mandi dulu” aku sengaja
menghindar dari mereka karena aku sungguh tidak kuat.
***
Menyukai sahabat sendiri itu memang penuh resiko,
diabaikan atau di tikung sahabat yang
lainnya. Sekarang posisiku serba salah aku harus merelakan Nafi untuk Nita
atau mempertahankannya ya Tuhan. Aku harus melupakan Nafi, karena tidak mungkin
aku dan Nita bersaing dalam mendapatkan Nafi, aku tidak ingin persahabatanku
hancur hanya gara-gara masalah cowo, biarkan lah Nita yang mendapatkan cinta
Nafi, bukan aku.
***
Hari ini aku piket membersihkan tenda anak
laki-laki, ku sapu, ku rapihkan tikernya, ku lipat selimut mereka sehingga
sekarang terlihat lebih rapi. Tidak sengaja aku menjatuhkan tas Nafi, aku kaget
dan langsung membereskannya tanpa pikir panjang, tiba-tiba aku menemukan buku
diary Nafi, aku ingin sekali membacanya, tapi Nafi selalu bilang bahwa siapapun
tak boleh membukanya, bahkan aku saja yang sudah sahabatan 6 tahun bersamanya
tak boleh membukanya. Dengan amat bergetar, tangan ini kusanggupkan untuk
membuka buku itu, dan betapa terkejutnya aku, semua curhatan di buku itu
tentang diriku, Nafi bahkan menempel banyak foto-foto ku jadi selama ini Nafi
mempunyai rasa yang sama dengan ku, Nafi menyukaiku dalam diam. Dengan amat
hati-hati aku membaca curhatan terakhir Nafi yang berisi
Dear Nazlaila Fuzhia
La, kamu tau nggak saat aku
nulis ini aku benar-benar senengggggggggggg bangettt La, kamu tau kenapa? Yang
pertama karena kamu udah mau ikut PERSAMI, padahal aku tau banget kamu takut
tempat serem. Yang kedua Karena kamu bilang aku ganteng dan tadi kamu panggil
aku sayang, semoga itu benar ya La, semoga kamu bener-bener sayang sama aku,
karena aku juga sayang banget La sama kamu, hahaha :D aku gak bakalan lupain
kata-kata itu la. Pokoknya aku Makasihhhhh bangettttt sama kamu.{}
-Love-
Nafi Bastianadriano
Dengan membaca surat itu yang kurasa bukanlah bahagia, tapi aku
bingung bagaimana nasib Nita, aku nggak mau buat dia sedih dengan ini, sebelum
semuanya terlambat aku bergegas secepat mungkin menemuinya, aku harus bilang
yang sebenarnya.
“Nita” aku memanggil
Nita yang sedang sibuk baja majalah miliknya.
“hey La, darimana?”
“Ta ada yang gue mau omongin”
“soal buku diary nya Nafi?” Nita menjawab dengan
senyum diwajah nya, aku bingung darimana Nita bisa tau bahwa aku akan
menceritakan buku diary Nafi.
“Ta maafin gue” aku jongkok didepan Nita.
“loh, La jangan gini la, bangunn lo gak salah,
gue yang salah, seharusnya gue gak suka sama Nafi, Nafi itu sukanya sama lo”
Nita berusaha membangunkan ku.
“tapi Ta gue itu……….”
“Sssstttttttt…. Gue gak mau denger apa-apa lagi
dari lo, udah, lupain aja masalah ini oke” secepat kilat Nita menutup mulut ku.
“lo gak marah sama gue kan?”
“ya nggak lah, kenapa mesti marah sih, disini itu
gak ada yang salah, tapi gue adalah manusia bodoh, kenapa gue bisa suka sama
Nafi padahal dia sukanya sama lo” Nita berkomentar.
PROK…PROK…PROK
“gue salut sama kalian, meskipun suka dengan cowo
yang sama tapi kalian gak berantem ya” tiba-tiba Nafi muncul mengagetkan aku
dan Nita sambil tepuk tangan macam anak idiot.
“NAFI!!!” aku dan Nita mejawab bersamaan.
“aduh biasa lah ya, orang ganteng mah banyak yang
suka” dengan sifat PD nya lagi-lagi dia bilang bahwa dia orang ganteng.
“hahahhahahahahahahahahaha”
kami bertiga tertawa akibat kata-kata Nafi.
Dengan kejadian itu aku mengambil hikmahnya, bahwa sahabat itu memang segalanya buat
ku, sahabat yang baik dia pasti akan bisa menjaga perasaan sahabat lainnya,
menolong dan selalu ada disaat senang maupun susah, untuk apa mencintai tapi
kita menyakiti perasaan orang lain, lebih baik mengikhlaskan karena ikhlas itu
lebih indah daripada bertahan, percayalah Tuhan telah merancang sesuatu yang
indah untukmu kelak.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar